Perang Gaza Jadi Bom Waktu, Ekonomi Israel Menuju Jurang

Masyarakat Israel melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Tel Aviv dan sejumlah kota lainnya, Sabtu (14/9/2024). Melalui aksi ini, masyarakat Israel menuntut Pemerintahan Netanyahu untuk segera melakukan gencatan senjata. (AP Photo/Mahmoud Illean)
Foto: Masyarakat Israel melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Tel Aviv dan sejumlah kota lainnya, Sabtu (14/9/2024). Melalui aksi ini, masyarakat Israel menuntut Pemerintahan Netanyahu untuk segera melakukan gencatan senjata. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Israel menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara tersebut untuk kuartal II/2024 dari 1,2% menjadi 0,7%. Langkah ini diambil di tengah tekanan besar pada ekonomi akibat perang mematikan yang terus berlangsung di Gaza, serta pengeluaran besar pemerintah untuk mendukung konflik tersebut.

Dalam pernyataan yang dirilis oleh biro statistik negara, Senin (16/9/2024), PDB Israel hanya meningkat sebesar 0,7% secara tahunan pada periode April-Juni, turun dari laporan awal sebesar 1,2% sebulan sebelumnya.

Sektor swasta Israel tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,7%, namun kompensasi datang dari lonjakan tajam pendanaan pemerintah yang meningkat hingga 8,2%. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun aktivitas sektor swasta mengalami penurunan, pemerintah Israel terus memperluas anggaran untuk membiayai operasi militernya.

Tingkat pengangguran di Israel tetap rendah, dengan angka 2,6% pada Agustus. Namun, ekspor barang dan jasa Israel, tidak termasuk ekspor berlian, turun 8,4% secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini, sementara impor, tidak termasuk impor senjata dan berlian, juga mengalami penurunan sebesar 9,3%.

Defisit Anggaran

Sementara itu, defisit anggaran Israel terus membengkak akibat agresi militer yang berlanjut di Jalur Gaza. Rasio defisit anggaran terhadap PDB mencapai -8,3% pada Agustus, kian dalam dari -7,6% pada Juni, -6,2% pada Maret, dan -4,1% pada Desember tahun lalu.

Pada Agustus saja, defisit anggaran tercatat sebesar 12,1 miliar shekel atau sekitar US$3,22 miliar, yang menunjukkan bahwa biaya perang semakin membebani keuangan negara.

Adapun, perang yang kembali dimulai sejak serangan Hamas pada Oktober tahun lalu ini telah menewaskan lebih dari 41.200 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan yang berlangsung hampir setahun ini memicu kritik dari oposisi yang menuduh bahwa perang tersebut bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pengeluaran besar untuk mendanai operasi militer Israel di Gaza tak hanya membebani anggaran negara tetapi juga berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*