
Mantan peneliti di OpenAI, Suchir Balaji, ditemukan tewas di sebuah apartemen di San Francisco. Balaji tewas hanya sekitar sebulan setelah membocorkan aktivitas di perusahaan pencipta ChatGPT tersebut ke media massa.
Balaji meninggalkan posisinya sebagai peneliti di OpenAI pawa awal 2024. Ia menyatakan alasannya keluar dair OpenAI karena merasa gelisah soal aktivitas perusahaan yang melanggar hukum karya intelektual.
“Alasan kematian diputuskan karena bunuh diri,” kata David Serrano Sewell dari kantor forensik San Francisco kepada CNBC International.
Kepolisian San Francisco menyatakan bahwa jenazah Balaji ditemukan pada 26 November. Petugas kepolisian diminta untuk memeriksa sebuah unit apartemen untuk “pemeriksaan kesehatan.”
Pada Oktober, The New York Times mempublikasikan artikel yang berisi pernyataan Balaji.
“Jika Anda percaya yang saya percaya, Anda harus hengkang dari perusahaan,” katanya. Ia percaya ChatGPT dan chatbot lainnya akan menghancurkan kemampuan komersial orang dan institusi yang menciptakan data digital.
Juru bicara OpenAI membenarkan bahwa Balaji telah tewas. “Kami merasa hancur menerima kabar sedih ini, hati kami bersama rekan tercinta Suchir pada masa-masa sulit ini.”
OpenAI saat ini sedang menghadapi sengketa hukum dengan perusahaan penerbit, penulis, dan artis yang menuduh mereka menggunakan material yang dilindungi hak cipta untuk melatih AI. Sebuah gugatan yang dilayangkan pada Desember tahun lalu meminta kompensasi miliaran dolar AS dari OpenAI dan Microsoft.
CEO OpenAI Sam Altman membantah tuduhan soal OpenAI. “Kami tidak butuh melatih [AI] dengan data mereka. Saya rasa ini sesuatu yang banyak orang tidak terlalu paham. Satu sumber saja tidak menggerakkan jarum [mengubah banyak hal] dengan berarti,” kata Altman.