PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) telah meluncurkan super app terbarunya, BYOND by BSI kepada publik pada 26 Oktober lalu. Peluncuran BYOND by BSI ini menyusul para bank BUMN lainnya yang sudah memiliki super app.
Pemilihan nama tersebut mengambil kata Bahasa Inggris “beyond” yang berarti melebihi. BYOND pun sempat menjadi sorotan netizen karena kompak dengan nama super app bank-bank BUMN lainnya yang memiliki pola penamaan yang sama, menggunakan kata Bahasa Inggris dan menghilangkan satu huruf.
Seperti wondr by BNI yang telah dirilis sebelumnya di bulan Juli, yang berasal dari kata “wonder.” Kemudian, super app Bank Mandiri, yakni livin’ yang berasal dari kata “living.”
“Strategi perbankan plat merah untuk penetrasi anak muda: ambil satu kata random bahasa Inggris, kurangin satu huruf, jadiin nama aplikasi mobile banking. Every, single, time,” kata akun X @m*ul*nn**n*ch, dikutip Senin (4/11/2024).
Cuitan tersebut telah meraih 50.000 likes dan 9.500 repost di aplikasi yang dahulu bernama Twitter itu.
Lantas, mengapa para bank BUMN kompak menggunakan pola penamaan tersebut?
Senior Executive Vice President (SEVP) Digital Banking BSI Saut Parulian Saragih menjelaskan bahwa BYOND mencerminkan mobile banking BSI yang tidak hanya memenuhi kebutuhan finansial para nasabah.
“KenapaBYOND dipilih karena itu mencerminkan mobile banking kita. Jadi kalau kita lihat, secara umum ya, secara umum yang namanya mobile banking itu kan hanya kebutuhan finansial. Nah, kalau kita, kita sadar dari awal kalau kita nggak mau finansial aja. Finansial, spiritual, dan sosial itu setara,” jelas Saut saat Pre Grand LaunchingBYOND byBSI, Senin (4/11/2024).
Adapun BYOND by BSI tidak hanya menghadirkan fitur-fitur untuk transaksi finansial. Aplikasi itu juga menyediakan akses nasabah ke berbagai layanan halal lifestyle. Nasabah nantinya dapat langsung melakukan transaksi terkait halal ecosystem seperti mendaftar paket haji dan umrah secara langsung serta memilih paket travel dan transaksi lainnya.
Lalu, mengapa menghilangkan satu huruf dari kata beyond?
Saut mengatakan bahwa dalam pemilihan untuk merek dagang, tidak boleh menggunakan kata umum.
“Bukan karena pengen gaya-gayaan karena nggak boleh jadi misalnya ‘buku’ nggak boleh jadi brand,” ujar Saut.
Selain itu, pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) bakal sulit jika menggunakan kata umum.
“Nggak, karena nggak boleh. Bukan karena tren-trenan. Karena setahu saya tidak boleh di brandingnya. Dan itu betul juga di HAKI-nya kemungkinan tidak akan dapat,” ucap Saut.
Tidak hanya bank BUMN, beberapa bank swasta juga menggunakan pola yang serupa. Seperti TMRW milik UOB Indonesia yang berasal dari kata “tomorrow.” Kemudian, Bank Saqu milik Astra yang mengganti huruf di k di “saku” menjadi q.
Sementara itu, super app dua bank BUMN lainnya tidak menggunakan pola yang sama. Antara lain, BRImo milik BRI dan Bale milik BTN.