IHSG Ditutup Naik Tipis, tapi Gagal Balik Ke 7.600-an

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Kamis (31/10/2024), setelah sempat menguat ke level psikologis 7.600 pada awal sesi I hari ini.

IHSG ditutup naik tipis 0,06% ke posisi 7.574,02. IHSG sempat menyentuh kembali level psikologis 7.600 pada awal sesi I hari ini dan sepanjang perdagangan sesi II. Sayangnya, penguatan IHSG terpangkas di akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 21 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 294 saham naik, 285 saham terkoreksi, dan 208 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor kesehatan dan energi menjadi penyokong terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 2,11% dan 1,31%.

Sementara dari sisi saham, emiten bank Himbara raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan emiten energi baru terbarukan konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penyokong terbesar IHSG pada hari ini yakni masing-masing 13 dan 4,8 indeks poin.

IHSG rebound setelah enam hari beruntun merana. Kinerja keuangan beberapa perbankan besar pada kuartal III-2024 yang cenderung masih positif membuat pasar kembali melirik saham-saham perbankan besar setelah merana dalam beberapa hari terakhir.

Adapun empat perbankan raksasa sudah merilis kinerja kuartal III-2024. Pertama yakni BBCA, di mana laba bersihnya mencapai Rp 41,1 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp 36,4 triliun.

Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membukukan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52% secara tahunan (yoy).

Selanjutnya BBRI di mana Laba kepada para pemilik induk senilai Rp45,06 triliun pada periode Januari hingga September 2024 atau naik tipis 2,4% dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu (yoy).

Terakhir BMRI yang resmi mengantongi laba bersih sebesar Rp 42 triliun pada kuartal III-2024, tumbuh 7,56% secara tahunan (yoy).

Meski kinerja perbankan raksasa masih positif hingga kuartal III-2024, tetapi pasar tampaknya masih cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi di luar maupun dalam negeri, di mana pada Jumat besok menjadi hari yang amat penting bagi pelaku pasar karena banyaknya data yang akan dirilis.

di kawasan Asia, China terpantau akan merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufacturing untuk periode Oktober 2024 pada Kamis (31/10/2024). Proyeksinya PMI Manufaktur China akan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1 atau dari level kontraksi menjadi ekspansif.

Jika aktivitas manufaktur China benar-benar pulih, hal ini akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang utamanya karena akan kembali menggenjot ekspornya.

Selain itu, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga akan merilis data suku bunga acuannya untuk periode Oktober. Saat ini konsensus menilai bahwa BoJ masih akan kembali menahan suku bunga acuan jangka pendek di sekitar 0,25%.

Hal penting lainnya dari BoJ yakni pada saat yang bersamaan akan dirilis laporan prospek kuartalan BoJ yang akan memberikan penilaian terhadap ekonomi Jepang.

Dari dalam negeri, pasar menanti rilis inflasi dan aktiitas manufaktur Indonesia pada Jumat (1/11/2024). S&P Global akan merilis PMI Manufacturing untuk Indonesia. Hal ini menjadi penting karena kita dapat melihat kondisi aktivitas manufaktur di Indonesia apakah sudah membaik atau tidak.

Begitu juga data indeks harga konsumen (IHK) atau data inflasi, di mana hal ini juga penting karena kita dapat melihat apakah Indonesia akan kembali mengalami deflasi secara bulanan atau mulai kembali bangkit dan mencatatkan inflasi secara bulanan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*